Juni 05, 2009

Passcode : 071

Dan, Dia-lah Dia...

Pengarang : Andi Bombang
Stok : tersedia
Harga : Rp. 54000
Sinopsis :

Sebuah Novel Penyingkap Puncak Tauhid, Syari’at, dan Tasawuf

“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu.” (QS. al-Baqarah [2]: 208).

“Dalam Ihya Ulumuddin, Imam Ghazali berkata, 'Cinta tanpa makrifat, tidak mungkin. Manusia hanya mampu mencintai yang dikenal.' Jadi, syaratnya mencintai adalah mengenal dulu yang dicintai. Bohong segala cinta tanpa ini. Maka, kalau ingin mencintai Allah, makrifat dulu kepada-Nya. Inilah kuncinya ayat tiga satu surat Ali Imran tadi, makrifatullah. Pahami bahwa Rasulullah telah makrifat sebelum syariat Islam diturunkan. Kapan? Saat Isra' Mi'raj…,” kata Pamungkas (tokoh utama dalam novel ini).

“Kok beda ya, Mbah?” tanya Pamungkas.

Nur tertawa pelan, “Tidak beda, dua-duanya ajaran Islam. Yang diajarkan Pak Ustadz, disebutnya syariat. Yang ini, namanya hakikat, tapi baru teorinya. Belum jadi yang dimaksud. Eem, apa ya? Belum hidup, gitulah.”

“Maksudnya gimana?”

“Hehehe…, ya begitulah. Syariat itu lahiriahnya Islam. Peraturan, tata cara, hukum, dalil, dan semua yang bersifat zhahir. Caranya shalat, caranya puasa, caranya zakat, caranya haji, dan yang lain. Kalau hakikat, bagian batiniahnya, dalamannya syariat. Urusan hati….”

Pamungkas memandang kakeknya, agak terpana. Urusan hati ternyata!

* * *

“Jangan tinggalkan syariat. Melampaui batas syariat bukan bermakna meninggalkannya. Kerjakan syariat dengan hakikatnya. Islam adalah utuh, meliput lahir dan batin. Udkhuluu fis silmi kaaffah. Jangan setengah-setengah. Kaffah yang sesungguhnya. Bukan sekadar mengenai hukum zhahir dan tata caranya saja,” nasihat Ama Jalil kepada Pamungkas.

Pamungkas, tokoh utama novel religius ini, mencari kebenaran yang selaras dengan hati-nya. Ayahnya Jawa, ibunya Cina; ayahnya Islam, ibunya Kristen; dan keempat kakaknya pun memeluk Kristen. Setelah proses perjalanan panjang, Pamungkas akhirnya memilih Islam. Belajarlah ia ke banyak guru mencari kebenaran Islam. Di sinilah serunya novel yang sangat kuat ini. Di samping berhadapan dengan konflik yang menegangkan, novel ini juga diselingi adegan-adegan lucu yang menyegarkan. Memasuki Islam dengan tauhid yang benar; tidak sekadar syariat, tapi hakikatnya sekaligus. Membaca novel ini Anda bak menyelami samudra Islam yang damai, membahagiakan, dan selalu dekat dengan-Nya.

Inilah novel terbaru karya Andi Bombang yang telah berhasil menyita daya imajinasi dan humor para pembaca melalui Kun...Fayakun... (2007) dan Saat Cinta Berhijrah (2008).